Syakhsiah di Dahulukan Pencapaian di Utamakan

Syakhsiah di Dahulukan Pencapaian di Utamakan

Sabtu, 8 Oktober 2011

psikolgi anak dan pendidikan




بسم الله الرحمن الرحيم

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah
pahala yang besar. (QS 64:15)



Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa. (QS 25:74)


"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang
Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang berserah diri". (QS 46:15)

Jika anak dibesarkan dengan celaan,
ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
ia belajar menyeasali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian,
ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan,
ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
ia belajar menyenangi diri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

*nukilan buku psikolgi anak dan pendidikan
(Zainul Muttaqin)

Jumaat, 7 Oktober 2011

Menghukum anak yang tidak di benarkan dalam Islam



Di antara cara tersebut adalah:
  1. Memukul wajah
Ini dilarang oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم dalam sabda beliau:
إِذَا ضَرَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَّقِ الْوَجْهَ
"Jika salah seorang dari kalian memukul, hendaknya dia menjauhi (memukul) wajah".
  1. Memukul yang terlalu keras sehingga berbekas
Ini juga dilarang oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم dalam hadits yang shahih.
  1. Memukul dalam keadaan sangat marah
Ini juga dilarang karena dikhawatirkan lepas kontrol sehingga berpotensi menimpakan pukulan secara berlebihan.
Dari Abu Mas'ud al-Badri رضي الله عنه dia berkata: "(Suatu hari) aku memukul budakku dengan cemeti, maka aku mendengar suara (teguran) dari belakangku "Ketahuilah wahai Abu Mas'ud!". Tapi aku tidak mengenali suara tersebut karena kemarahan (yang sangat). Ketika pemilik suara itu mendekat kepadaku, ternyata orang tersebut adalah Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan beliau yang berkata: "Ketahuilah wahai Abu Mas'ud, ketahuilah wahai Abu Mas'ud!". Maka akupun melempar cemeti dari tanganku, kemudian beliau bersabda: "Ketahuilah wahai Abu Mas'ud! Sesungguhnya Allah lebih mampu untuk (menyiksa) kamu daripada kamu terhadap budak ini". Maka aku pun berkata: "Aku tidak akan memukul budak selamanya setelah (hari) ini" ?
  1. Bersikap terlalu keras dan kasar
Sikap ini jelas bertentangan denpn sifat lemah lembut yang merupakan sebab datangnya kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ
"Barangsiapa yang terhalangi dari (sifat) lemah lembut, maka (sungguh) dia akan terhalangi dari (mendapat) kebaikan".
  1. Emosi yang Berlebihan
Ini juga dilarang karena bertentangan dengan petunjuk Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
"Bukanlah orang yang kuat itu (diukur) dengan (kekuatan) bergelut (berkelahi), akan tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah" ?

Bolehkah anak yang nakal di pukul tujuan mendidiknya??


Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
عَلِّمُوا أَوْلَادَكُمْ الصَّلَاةِ إِذَا بَلَغُوا سَبْعًا وَاضْربُوهُمْ عَلَيْهَا إِذَا بَلَغُوا عَشْرًا وَفَرِّقُوا بَـيْنَهُمْ فِي الـمَـضَاجعِ
"Perintahkanlah kepada anak-anakmu untuk (melaksanakan) shalat (lima waktu) sewaktu mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka karena (meninggalkan)

Hadits ini menunjukkan bolehnya memukul anak untuk mendidik mereka jika mereka melakukan, perbuatan yang melanggar syariat, jika anak tersebut telah mencapai usia bisa menerima pukulan dan mengambil pelajaran darinya, dan ini biasanya di usia sepuluh tahun, dengan syarat pukulan tersebut tidak terlalu keras dan tidak pada wajah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin رحمه الله ketika ditanya, bolehkah menghukum anak yang melakukan kesalahan dengan memukulnya atau meletakkan sesuatu yang pahit atau pedas di mulutnya seperti cabai, beliau menjawab: "Mendidik (menghukum) anak dengan memukulnya maka ini diperbolehkan (dalam agama Islam), jika anak tersebut telah mencapai usia yang memungkinkan untuk mengambil pelajaran dari pukulan tersebut, dan ini biasanya di usia sepuluh tahun.

Adapun memberikan sesuatu yang pedas (di mulutnya), ini tidak boleh, karena ini boleh jadi mempengaruhinya (mencelakakannya)...berbeza dengan pukulan yang dilakukan pada badan, tidak mengapa (dilakukan) jika anak tersebut bisa mengambil pelajaran darinya, dan (tentu saja) pukulan tersebut tidak boleh terlalu keras.

Untuk anak yang berusia kurang dari sepuluh tahun, hendaknya dilihat (keadaannya), karena Rasulullah صلي الله عليه وسلم hanya membolehkan memukul anak (berusia) sepuluh tahun dengan alasan meninggalkan shalat. Maka yang berumur kurang dari sepuluh tahun hendaknya dilihat (keadaanya), terkadang seorang anak kecil yang belum mencapai usia sepuluh tahun memiliki pemahaman (yang baik), kecerdasan dan tubuh yang besar (kuat) sehingga bisa menerima pukulan, celaan dan pelajaran darinya (maka anak seperti ini boleh dipukul), dan terkadang ada anak kecil yang tidak seperti itu (maka ini tidak boleh dipukul)".  

Khamis, 6 Oktober 2011

Anak Nakal


2.Pengaruh Teman yang Buruk

Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
مَثَلُ الجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيْرِ، فَحَامِلِ المِسْكِ إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحاً طَيِّبَة، وَنَافِخِ الكِيْرِ إِمَّا أَنْ يَحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحاً خَبِيْثَة
"Perumpamaan teman duduk (bergaul) yang baik dan teman duduk (bergaul) yang buruk (adalah) seperti pembawa (penjual) minyak wangi dan peniup al-kir (tempat menempa besi), maka penjual minyak wangi bisa jadi dia memberimu minyak wangi, atau kamu membeli (minyak wangi) darinya, atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang harum darinya. Sedangkan peniup al-kir (tempat menempa besi) bisa jadi (apinya) akan membakar pakaianmu atau (minimal) kamu akan mencium aroma yang tidak sedap darinya"

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan duduk dan bergaul dengan orang-orang yang baik akhlak dan tingkah lakunya, karena pengaruh baik yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka, sekaligus menunjukkan larangan bergaul dengan orang-orang yang buruk akhlaknya dan pelaku maksiat karena pengaruh buruk yang ditimbulkan dengan selalu menyertai mereka.







3. Sumber Bacaan dan Tontonan

Umumnya, jiwa anak-anak masih polos, sehingga sangat mudah terpengaruh dan mengikuti apapun yang dilihat dan didengarnya dari sumber bacaan atau tontonan yang ia saksikan. Apalagi memang kebiasan meniru dan mengikuti orang lain merupakan salah satu watak bawaan manusia sejak lahir.

Oleh karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh, figur untuk diteladani adalah termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat.

Ketika menafsirkan firman Allah سبحانه و تعالي:
وَكُـلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ فِي هَـذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS. Hud/11:120)

Syaikh 'Abdurrahman as-Sa'di رحمه الله mengatakan: "Yaitu, supaya hatimu tenang dan teguh (dalam keimanan), dan (supaya kamu) bersabar seperti kesabaran para Rasul, karena jiwa manusia (cenderung) senang meniru dan mengikuti (orang lain), dan (ini menjadikannya lebih) bersemangat dalam beramal shaleh, serta berlomba dalam mengerjakan kebaikan...".


*Nukilah dari buku Anak Nakal bagaimana hendak mengatasinya
karangan:Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

Rabu, 5 Oktober 2011

ANAK NAKAL



FAKTOR-FAKTOR LAIN:


1. Pengaruh Didikan Buruk Dua Orang Tua

Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
"Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan menerima kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nashrani atau Majusi".

Hadits ini menunjukkan bahwa semua manusia yang dilahirkan di dunia hatinya cenderung kepada Islam dan tauhid, sehingga kalau dibiarkan dan tidak dipengaruhi (oleh pemikiran sesat) maka nantinya dia akan menerima kebenaran Islam. Akan tetapi, kedua orang tuanyalah yang memberikan pengaruh buruk, bahkan menanamkan kekafiran dan kesyirikan kepadanya.

Syaikh Bakr Abu Zaid رحمه الله berkata: "Hadits yang agung ini menjelaskan sejauh mana pengaruh kedua orang tua pada (pendidikan) anaknya, dan (pengaruh mereka dalam) merubah anak tersebut menuju kekufuran dan kefasikan...

(Di antara contoh pengaruh buruk tersebut adalah) jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahramnya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktek (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu, inilah yang dinamakan dengan 'penanaman pendidikan pada fitrah (manusia)"

Anak Nakal



SEBAB-SEBAB KENAKALAN ANAK 

Termasuk sebab utama yang menjadi punca  penyimpangan akhlak pada anak, bahkan pada semua manusia secara umum adalah godaan setan yang telah bersumpah di hadapan Allah سبحانه و تعالي untuk menyesatkan manusia dari jalan-Nya yang lurus.

Dalam usahanya untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar, setan berusaha menanamkan benih-benih kesesatan pada diri manusia sejak pertama kali mereka dilahirkan ke dunia ini, untuk, memudahkan usahanya selanjutnya setelah manusia itu dewasa.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah سبحانه و تعالي berfirman:      
وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ
“..dan sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan hanif (suci dan cenderung kepada kebenaran), kemudian setan mendatangi mereka dan memalingkan mereka dari agama mereka (Islam).” 

Dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
"Tangisan seorang bayi ketika (baru) dilahirkan adalah tusukan (sentuhan untuk menyesatkan) dari setan".

Perhatikanlah hadits yang agung ini, bagaimana setan berupaya keras untuk menyesatkan manusia sejak mereka dilahirkan ke dunia, padahal bayi yang baru lahir belum mengenal nafsu, pesona dunia dan godaan-godaan duniawi lainnya, maka bagaimana keadaannya kalau dia telah dewasa dan mengenal semua godaan tersebut? 

Di samping sebab utama di atas, ada faktor-faktor lain yang   mempengaruhi penyimpangan akhlak pada anak, berdasarkan keterangan dari ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah  :


                                                                                                                            seterusnya........



Ahad, 2 Oktober 2011

Perjanjian Hudaibiyah

Perjanjian Hudaibiyah


Perjanjian Hudaibiyah (bahasa Arabصلح الحديبية) berlaku pada bulan Zulkaedah tahun keenam hijrah (Mac 628 M) dan ditandatangani antara pihak Musyrikin Mekah denganRasulullah. Dinamakan perjanjian Hudaibiyah sempena nama tempat perjanjian ini ditandatangani


Sebab berlakunya:

Rasulullah bersama-sama 1400 orang Islam Madinah menuju ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji . Apabila pihak Musyrikin mendapat tahu hal ini, wakil mereka datang menemui Rasulullah untuk mengetahui tujuan kedatangan orang Islam ke Mekah. Maka, Rasulullah menghantar Uthman bin Affan ke Mekah untuk menjelaskan tujuan tersebut kepada wakil pihak Musyrikin itu.
Uthman bin Affan ditahan dan tersebar berita bahawa beliau telah dibunuh. Orang Islam pun berikrar untuk menuntut atas kematian itu. Ikrar ini dikenali sebagai Baiah Ridhwan. Apabila mendengar berita ini, pihak Musyrikin pun membebaskan Uthman bin Affan dan menghantar Suhail bin Amru untuk berunding dengan orang Islam. Perundingan ini membawa kepada berlakunya "Perjanjian Hudaibiyah".

isi perjanjian:
  • Gencatan senjata selama sepuluh tahun.
  • Orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun berikutnya, tinggal di Makkah selama tiga hari sahaja dengan hanya membawa senjata bersarung.
  • Bekerjasama kepada perkara yang membawa kebaikan.
  • Orang Quraisy yang lari ke pihak Islam tanpa kebenaran keluarga dikembalikan semula.
  • Orang Islam yang lari ke pihak Quraisy tidak perlu dikembalikan.
  • Kedua-dua pihak boleh membuat perjanjian dengan mana-mana kabilah Arab tetapi tidak boleh membantu peperangan.


hikmahnye:
  • Berkembangnya syiar Islam.
  • Kehidupan masyarakat aman dan damai.
  • Orang Islam dapat membuat perhubungan dengan kabilah Arab yang lain








Bertemula kembali di Bulan Zulkaedah


Zu ertinya "yang empunya". Qa'adah ertinya "duduk". Ini membawa erti bahawa bulan Zulkaedah ialah bulan untuk berehat-rehat. Sejak dari dahulu lagi, sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab telah mengiktiraf bahawa Zulkaedah adalah satu bulan daripada empat bulan yang mulia dan diharamkan berperang. Maka masyarakat Arab jahiliah tidak keluar berperang pada bulan ini. Selain Zulkaedah, bulan Zulhijjah, Muharram dan Rejab juga adalah bulan haram (bulan yang dimuliakan dan diharamkan berperang). Dan setelah kedatangan Islam, Rasulullah SAW mengekalkan kemuliaan empat bulan haram ini, mengekalkan namanya dan mengharamkan berperang padanya. Bersempena inilah dinamakan ia dengan "Zulkaedah".

KELEBIHAN BULAN ZULKAEDAH

Bulan Zulkaedah adalah satu dari empat bulan haram. Bulan haram adalah bulan yang amat dimuliakan. Bulan haram adalah bulan persaudaraan, perdamaian dan kemaafan. Masyarakat kafir Quraisy menangguhkan permusuhan dan peperangan di bulan haram maka kita sebagai umat Islam hendaklah lebih menghormati bulan-bulan haram ini.Eratkan silaturrahim, yang bermusuh, damaikanlah, yang berdendam, berlapanglah dan yang renggang, rapatkanlah, InsyaAllah hidup penuh berkat dan harmoni. Tiada ibadah khusus dalam bulan Zulkaedah. Bulan Zulkaedah adalah bulan permulaan musim haji. Namun begitu sebahagian besar ulamak mengatakan bahawa umrah adalah lebih afdhal di bulan Zulkaedah berdasarkan Rasulullah SAW mengerjakan umrah-umrah beliau di bulan Zulkaedah dan haji tamattu' juga dimulakan di bulan Zulkaedah. Daripada Abu Bakrah(1), sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, maksudnya: Sesungguhnya zaman itu berputar sejak awal waktu Allah menjadikan langit-langit dan bumi. Satu tahun mengandungi dua belas bulan ini, darinya empat bulan haram, tiga dari empat bulan ini berturut-turutan iaitu Zulkaedah, Zulhijjah dan Muharram dan satu bulan berasingan ialah Rejab di antara Jamadil Akhir dan Sya'aban.

PERISTIWA BERSEJARAH


1. Peperangan Bani Quraizah
Peperangan ini berlaku pada tahun ke 5 Hijrah. Setelah tentera Ahzab telah ditewaskan maka malaikat Jibril AS telah memberitahu Rasulullah SAW bahawa Allah SWT telah memerintahkan nabi agar pergi ke perkampungan Bani Quraizah. Bani Quraizah ialah satu puak Yahudi yang telah terlibat bergabung dengan tentera Ahzab, mengepung umat Islam semasa perang Ahzab. Rasulullah SAW yang masih belum sempat melucutkan pakaian perangnya telah mengerah tentera Islam mengepung perkampungan Bani Quraizah sehinggalah mereka menyerah kalah.

2. Perjanjian Hudaibiyah
Peristiwa ini terjadi pada bulan Zulkaedah, penghujung tahun ke 6 Hijrah. Antara sebab berlaku Perjanjian Hudaibiyah tersebut, Nabi SAW mengumumkan kepada kaum muslimin keinginan baginda Rasulullah SAW untuk berangkat pergi ke Mekkah bagi melaksanakan satu lagi ibadah iaitu dengan menunaikan ibadah umrah.Hasil pengumuman tersebut yang diberitahu itu telah mendapat sambutan yang sangat baik oleh sekitar 1 400 orang sahabat dari kaum Muhajirin dan Ansar pada masa itu. Nabi Muhammad SAW berihram untuk ibadah umrah tersebut ditengah perjalanan dan membawa bersama-sama binatang yang boleh disembelih atau dikorbankan (al-hadyu) supaya ianya menjadi pentunjuk atau sebagai memberitahu kepada orang-orang lain bahawa Nabi Muhammad SAW keluar sedemikian bukan untuk bermaksud untuk berperang tetapi ianya semata-mata untuk menziarah ke Baitulullah iaitu Ka'abah, bagi menunaikan ibadah Umrah tersebut. Dalam perjalanan ke Makkah, Rasulullah SAW telah disekat oleh kafir Quraisy dan dihalang dari memasuki Makkah. Berlaku beberapa perundingan dan ia membawa kepada perjanjian damai yang dinamakan "Perjanjian Hudaibiyah". Dalam perjanjian itu, Rasulullah SAW dibenarkan memasuki Makkah dan mengerjakan umrah hanya pada tahun hadapan serta tahun seterusnya dan gencatan senjata selama sepuluh tahun di antara Makkah dan Madinah.

3. Bai'atur Ridwan
Peristiwa ini berlaku sebelum terjadinya Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah SAW telah mengutus Usman RA ke Makkah untuk membahas masaalah mengapa rombongan Rasulullah SAW dihalang dari memasuki Makkah untuk mengerjakan umrah. Sesampainya di sana Usman bin Affan RA ditahan selama beberapa waktu oleh orang-orang Quraisy.Dalam pada itu sampailah berita kepada Nabi Muhammad SAW bahawa Usman bin Affan RA telah mati dibunuh oleh orang-orang Quraisy. Maka Nabi Muhammad SAW dengan lantangnya menyatakan tekadnya : "Kami tidak akan tinggal diam, hingga kami berhasil menumpas kaum Quraisy". Kemudian Rasulullah SAW mengajak berbai'at. Maka terjadilah Bai'atur Ridhwan di bawah sebatang pohon di tempat tersebut. Bai'at yang dimaksudkan ialah satu perjanjian yang berlaku antara Nabi Muhammad SAW bersama para-para sahabat yang ada ketika itu untuk bersatu padu dan bekerjasama menentang orang-orang kafir Quraisy. Para sahabat berbai'at kepada Nabi Muhammad SAW untuk tidak takut dan lari meninggalkan medan perang sebagai tanda membalas dendam di atas kematian yang menimpa sahabat baginda Rasulullah SAW. Sementara itu Rasulullah SAW menepukkan tangannya yang satu ke tangan yang lain seraya berkata : "Pembai'atan ini untuk Usman bin Affan". Setelah pembai'atan tersebut, yang mana telah didengari oleh pihak orang-orang Quraisy, barulah datang berita yang menyampaikan kepada Rasulullah SAW bahawa khabar terbunuhnya Usman bin Affan itu tidak benar.

4. Berlakunya Haji Wida'
Pada tanggal 25 Zulkaedah tahun ke 10 Hijrah, Rasulullah SAW meninggalkan Kota Madinah untuk menuju ke Kota Makkah bagi menunaikan Haji Wida' (Haji Penghabisan), baginda disertai seramai 10,000 kaum muslimin. Haji tersebut adalah haji pertama Rasulullah SAW dan yang terakhir bagi baginda. Rasulullah SAW hanya mengerjakan sekali sahaja ibadah haji dan empat kali ibadah umrah sepanjang umurnya mengikut catatan sejarah.

5. Kematian Syeikhul Islam, Ibnu Taimiyah
Nama lengkap Ibnu Taimiyah ialah Taqiyuddin Abdul Abbas Ahmad bin Abdul Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah Al-Harrani Al-Hambali. Beliau dilahirkan pada hari Isnin, 10 Rabiulawal 661 Hijrah bersamaan 22 Januari 1263 Masihi di Harran. Beliau adalah seorang yang amat berjasa dalam melaksanakan dasar "pembersihan" dalam Islam. Apabila umat Islam sudah mula menyimpang dan mencampur adukkan unsur-unsur bid'ah dan khurafat dalam ajaran Islam pada zamannya maka beliau tampil berusaha mengembalikan mereka ke landasan Islam yang sebenarnya. Beliau juga meninggalkan ratusan buah kitab karangannya yang menjadi rujukan sehingga sekarang. Karangan terbesarnya ialah Fatawa Ibnu Taimiyyah yang menjadi rujukan ahli fiqh dan hukum sehingga ke hari ini. Beliau meninggal dunia hari Isnin, 20 Zulkaedah 728 Hijrah. (28 September 1328 Masihi), dalam usia 67 tahun, setelah sakit dalam penjara lebih dari 20 hari. Beliau menghembuskan nafas yang terakhir di atas tikar solatnya, sedang dalam keadaan membaca Al-Quran. Walaupun beliau juga seorang yang banyak dibenci orang kerana pendirian tegasnya, tetapi jenazah beliau diiringkan ke pusara oleh 200,000 orang lelaki dan 15,000 orang wanita

sumber:http://biroagamakelabep.blogspot.com