Renungan
Ketiga:
Hukum
menganggap sial bulan Shafar.
Menganggap
sial bulan Shafar atau selainnya dari waktu, tempat, suara atau penampakan
adalah syirik kepada Allah عزّوجلّ.
Nabi
صلي الله عليه وسلم bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
"Thiyaroh
(meramal nasib) adalah syirik, meramal nasib adalah syirik." (1)
Thiyaroh
adalah meramal kesialan/keberuntungan yang dilakukan oleh orang Arab dengan
menggunakan burung. Jika melihat burung datang dari arah belakang mereka
misalnya, mereka akan membatalkan rencana, baik perjalanan, akad nikah atau yang
lainnya. Segala anggapan sial karena melihat, waktu, tempat atau mendengar
sesuatu berarti telah terjerumus kedalam tathoyyur (meramal nasib) yang
merupakan syirik kepada Allah عزّوجلّ.
Nas-nas
(keterangan-keterangan) al-Quran dan sunah melarang dan menjelaskan bahwa hal
itu adalah sifat musuh-musuh Allah dan rasul-Nya. Firman-Nya عزّوجلّ:
فَإِذَا جَاءتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُواْ لَنَا هَـذِهِ وَإِن
تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُواْ بِمُوسَى وَمَن مَّعَهُ أَلا إِنَّمَا
طَائِرُهُمْ عِندَ اللّهُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
"Kemudian
apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena
(usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab
kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah,
Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS.al-A'raaf[7]:131)
Ayat
ini merupakan penjelasan bahwa kaum Musa عليه السلام jika mereka berada dalam kelimpahan dan
keluasan rizki mengatakan, 'Kami berhak mendapatkannya karena usaha kami'.
Tetapi jika ditimpakan kemarau, paceklik dan semisalnya mereka melemparkan
kesialan kepada rasul mereka, Musa عليه السلام dan para pengikutnya. Maka Allah
عزّوجلّ menjelaskan bahwa apa yang menimpa mereka
sesungguhnya itu dari sisi Allah عزّوجلّ sebagai balasan perbuatan buruk mereka.
Allah berfirman:
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلاً أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءهَا
الْمُرْسَلُونَ. إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا
فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ. قَالُوا مَا
أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَا أَنزَلَ الرَّحْمن مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ
إِلاَّ تَكْذِبُونَ. قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ.
وَمَا عَلَيْنَا إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ. قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ
لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ
أَلِيمٌ. قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِن ذُكِّرْتُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ
مُّسْرِفُونَ
"Dan
buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika
utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka
dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan
(utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya Kami adalah
orang-orang di utus kepadamu". Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah
manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun,
kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".
Para
utusan berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya Kami adalah orang yang
diutus kepada kamu".
dan
kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan
jelas".
Mereka
menjawab: "Sesungguhnya Kami bernasib malang karena kamu, Sesungguhnya jika kamu
tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti
akan mendapat siksa yang pedih dari kami"
Para
utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika
kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? sebenarnya kamu adalah kaum yang
melampui batas". (QS.Yaasiin[36]:13-19)
Ayat
di atas menjelaskan anggapan kesialan suatu penduduk negeri dengan rasul mereka.
Maka Allah عزّوجلّ menjelaskan bahwa kesialan itu ada pada
mereka, maksudnya disebabkan adanya kekufuran dan kemaksiatan mereka kepada
rasul mereka
Telah
sah dalam Shahih Muslim dari hadits Muawiyah Ibnu Hakam as-Salami رضي الله عنه, beliau berkata, "Wahai Rasulullah
sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang bertathayyur (meramal nasib),"
Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ فِي نَفْسِهِ فَلَا
يَصُدَّنَّكُمْ
"Yang
demikian itu didapati seseorang dari kalian dalam hatinya, maka janganlah
membuat kalian berpaling (dari rencana kalian)."
Renungan
Keempat:
Penjelasan
bahwa umat ini (Islam) akan mengikuti kebiasaan umat jahiliah dalam masalah
ini.
Sungguh
orang yang memperhatikan keadaan kelompok-kelompok dari umat ini akan terheran
dan melihat kebenaran apa yang dikabarkan oleh Nabi صلي الله عليه وسلم dari hadits Abu Sa'id رضي الله عنه dalam
Shahihain dengan sabdanya:
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حذو القذة بالقذة
حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا
بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ
لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ
فَمَنْ
"Sungguh
kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal
dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke
lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.”
Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah
Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi
(kalau
bukan mereka)?” "
Dalam
lafadz yang dikeluarkan di dalam Shahihain:
لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
"Sungguh
kalian akan melakukan kebiasaan orang-orang sebelum
kalian"
Ada
sekelompok orang di negeri Islam yang beranggapan sial dengan sebagian waktu
seperti pada bulan Shafar, mereka tidak melangsungkan akad nikah dan tidak
melakukan perjalanan karena menganggap sial bulan tersebut. Pada hari Rabu di
akhir bulan ini mereka merayakannya dengan perayaan yang besar, mengadakan
walimah-walimah dengan makanan khusus dan berbagai jajanan, bertamasya ke pantai
atau ke tempat-tempat rekreasi untuk meluapkan kegembiraan bersamaan usainya
bulan Shafar dan berakhirnya hari Rabu terakhir di bulan
itu.
Sekelompok
orang Islam yang lain beranggapan sial dengan sebagian bintang dan orbit bulan.
Mereka tidak melakukan perjalanan dan tidak melangsungkan akad nikah.
Semoga
Allah merahmati Umar bin Abdul Aziz رحمه الله yang melakukan perjalanan pada bulan
Shafar, ketika sebagian orang yang bersamanya berkata, "Wahai Amirul mukminin,
lihatlah kepada bulan, begitu baik dan indahnya." memaksudkan pada posisi
ad-Dubroon –posisi bulan yang dianggap penyebab kesialan- berharap Umar
bin Abdul Aziz رحمه الله mengerti apa yang
dimaksudkannya.
Umar
bin Abdul Aziz رحمه الله berkata, "Kita tidak keluar karena matahari
tidak pula karena bulan, tetapi kita keluar bertawakal kepada Allah عزّوجلّ.
Sebagian
umat Islam yang lain beranggapan sial dengan suara beberapa binatang, seperti
suara burung gagak atau burung hantu. Mereka akan membatalkan atau kembali dari
perjalanan yang sedang dilakukan ketika mendengar suara-suara itu.
Semoga
Allah meridhoi Ibnu Abbas رضي الله عنهما ketika mendengar seseorang berkata,
"Kebaikan, kebaikan jika burung gagak bersuara!" Ibnu Abbas berkata, "Tidak ada
kebaikan tidak pula keburukan (disebabkan suara-suara itu)." Demikian pula yang
dikatakan oleh Mujahid رحمه الله atau Ikrimah dan berkata, "Janganlah engkau
menemaniku!" (Ditujukan kepada orang yang memiliki pemikiran sial
tersebut)
Sebagian
umat Islam yang lain beranggapan sial dengan tempat-tempat tertentu melebihi
orang-orang kafir yang beranggapan sial dengan sebagian angka dan warna, yang
kesemuanya merupakan keyakinan jahiliah yang dibatalkan dan dilarang oleh Islam.
Sesungguhnya milik Allahlah segala sesuatu dan kepada-Nyalah
segala sesuatu itu kembali. Tidak ada daya dan upaya selain dari Allah
عزّوجلّ.