Syakhsiah di Dahulukan Pencapaian di Utamakan

Syakhsiah di Dahulukan Pencapaian di Utamakan

Jumaat, 20 Januari 2012

خـير الأعمــال



قال الحسن البصري:
ابن آدم،
انما أنت عـدد فـإذا مضى يومـك فقـد مضى بعضك
،
1-Kamu mempunyai giliran, jika anda tertinggal, giliran orang lain akan mengambil giliran anda.

ا
نمـا الدنيا حلم والأخرة 
يقظة والموت متوسط بينهما ونحن في أضغاث أحـلام
،
2-Dunia adalah mimpi dan impian, akhirat adalah kenyataan, mati adalah perantaraan diantara keduanya, umat Islam adalah sebaik-baik pilihan.

من حاسب نفسه ربح
،
3-Sesiapa menghisab dirinya dia akan berjaya.

ومن غفل عنها خسر
،
4-Sesiapa lalai dia akan mengalami kerugian.

ومن نظر في العوافب نجا
،
5-Sesiapa memandang kesan disebaliknya atau akibat, dia akan terselamat.

ومن أطـاع هواه ضـل
،
6-Sesiapa mengikut hawa nafsu, dia akan sesat
.
و من حلم غنم
،
7-Sesiapa dapat mencapai impiannya, dia akan menjadi kaya.

ومن خاف سلم ومن اعتبر أبصر
،
8-Sesiapa takut, dia akan selamat. Sesiapa mengambil pengajaran dia akan dapat melihat 
kebenaran.

ومن فهم علم
،
9-Sesiapa dapat memahami, dia akan alim.

ومن علم عمل
،
10-Sesiapa dapat memahami, dia akan beramal.
فإذا زللت فارجع
،
11-Jika kamu tergelincir, mulakan semula perjuangan kamu.

وإذا ندمت فاقلـع
،
12-Jika kamu menyesal, buanglah perkara tersebut.

وإذا جهلت فاسأل،
13-Jika kamu jahil, tanyalah.

وإذا غضبت فامسك،

14-Jika kamu marah, jagalah diri kamu.

وأعلم أن خير الأعمال ما أكرهت عليه النفوس…

15-Ketahuilah sebaik-baik amalan adalah amalan yang dibenci oleh nafsu

Ahad, 15 Januari 2012

Terkhir...dari Renungan di bulan Sofar


Renungan Kelima:

Penjelasan mengenai sifat-sifat orang yang beriman dan orang yang menetapi tauhid, bahwa mereka akan masuk surga tanpa dihisab dan diazab
Di antara sifat-sifat orang beriman dari para nabi dan orang-orang shalih yang terbesar adalah tawakal (berserah diri) kepada Allah عزّوجلّ dengan tidak menoleh kepada reaksi yang terjadi di alam semesta yang Allah ciptakan ini; artinya mereka menyandarkannya kepada Allah عزّوجلّ diiringi mengambil sebab-sebab yang syar'i untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, bukan menjadikan (isyarat-isyarat itu) sebagai petunjuk kebaikan atau keburukan.
Dengan keilmuan dan keimanan mereka, mereka sadar bahwa semua itu terjadi dengan takdir Allah عزّوجلّ; artinya mendapatkan kebaikan ataupun keburukan tidak ada hubungannya dengan tempat dari tempat-tempat, aktivitas burung, suara hewan dan semisalnya. Semua makhluk Allah عزّوجلّ teratur dengan pengaturannya dan tunduk dengan kekuasaan-Nya. Dengan demikian hati mereka bergantung dan bertawakal kepada Allah عزّوجلّ, sehingga ketawakalan itu membuahkan hilangnya perasaan-perasaan yang memang biasa terbesit pada setiap insan sebagai perasaan yang manusiawi.
Hal itu sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud رضي الله عنه, "Tidak ada dari kita melainkan (mengalaminya), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakal."
Itu dikatakannya setelah meriwayatkan hadits Rasulullah صلي الله عليه وسلم yang sabdanya, "Thiyaroh (meramal nasib) adalah syirik, meramal nasib adalah syirik."
Allah عزّوجلّ menyebutkan mengenai Nabi Musa عليه السلام di dalam kitab-Nya:
فَلَمَّا تَرَاءى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ. قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
"Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah Pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhan-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (QS.as-Syu'aaraa[26]:61-62)
Demikian pula yang Allah عزّوجلّ sebutkan mengenai Nabi kita Muhammad صلي الله عليه وسلم di dalam al-Quran,
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah), ketika  keduanya berada dalam gua salah seorang dari keduanya berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." (QS.at-Taubah[9]:40)
Di dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakar رضي الله عنه di dalam Shahihain, Nabi صلي الله عليه وسلم berkata kepada Abu Bakar:
مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا
"Apa dugaanmu dengan dua orang yang Allah menjadi ketiga dari mereka."
Rasulullah صلي الله عليه وسلم berkata kepada orang yang menghunuskan pedang kepadanya dan bertanya, "Siapa yang dapat menolongmu?!" Nabi menjawab, "Allah!" Maka pedang itupun terjatuh dari tangan orang itu, lalu Rasulullah صلي الله عليه وسلم mengambil pedang itu.."
Nabi Ibrahim عليه السلام, khalilullah (kekasih Allah) عزّوجلّ terakhir kata yang diucapkan ketika berada di dalam api yang membakarnya:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbunallah Wa Ni'malwaqiil "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung."
Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما.
Demikian pula para sahabat Rasulullah صلي الله عليه وسلم yang dikhabarkan oleh Allah عزّوجلّ di dalam al-Quran:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
"(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung'." (QS.Ali Imran[3]:173)
Allah عزّوجلّ berfirman di dalam kitabnya menyifati orang-orang yang beriman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah merekalah mereka bertawakkal." (QS.al-Anfaal[8]:2)
Nabi صلي الله عليه وسلم telah menjelaskan akan adanya 70.000 dari umat ini yang akan masuk surga tanpa dihisab dan diazab. Telah sah di dalam Shahihain dari hadits Ibnu Abbas رضي الله عنهما dari Nabi صلي الله عليه وسلم:
هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah , tidak berobat dengan api, tidak meramal nasib, dan kepada Tuhan mereka berserah diri."
Nas-nas yang menjelaskan bahwa tawakal kepada Allah عزّوجلّ adalah sifat orang-orang yang beriman banyak sekali, ia merupakan syarat keimanan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah di dalam kitab-Nya:
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.al-Maidah[5]:23)
Dalam firman-Nya yang diungkapkan oleh Nabi Musa عليه السلام:
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ
"Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, Maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (QS.Yunus[10]:84)
Sedangkan perasaan sial adalah sifat dari orang-orang kafir dan musyrik, musuh kerasulan dan para rasul

Sambungan....Renungan


Renungan Ketiga:

Hukum menganggap sial bulan Shafar.
Menganggap sial bulan Shafar atau selainnya dari waktu, tempat, suara atau penampakan adalah syirik kepada Allah عزّوجلّ.
Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
"Thiyaroh (meramal nasib) adalah syirik, meramal nasib adalah syirik." (1)
Thiyaroh adalah meramal kesialan/keberuntungan yang dilakukan oleh orang Arab dengan menggunakan burung. Jika melihat burung datang dari arah belakang mereka misalnya, mereka akan membatalkan rencana, baik perjalanan, akad nikah atau yang lainnya. Segala anggapan sial karena melihat, waktu, tempat atau mendengar sesuatu berarti telah terjerumus kedalam tathoyyur (meramal nasib) yang merupakan syirik kepada Allah عزّوجلّ.
Nas-nas (keterangan-keterangan) al-Quran dan sunah melarang dan menjelaskan bahwa hal itu adalah sifat musuh-musuh Allah dan rasul-Nya. Firman-Nya عزّوجلّ:
فَإِذَا جَاءتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُواْ لَنَا هَـذِهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُواْ بِمُوسَى وَمَن مَّعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللّهُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
"Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS.al-A'raaf[7]:131)
Ayat ini merupakan penjelasan bahwa kaum Musa عليه السلام jika mereka berada dalam kelimpahan dan keluasan rizki mengatakan, 'Kami berhak mendapatkannya karena usaha kami'. Tetapi jika ditimpakan kemarau, paceklik dan semisalnya mereka melemparkan kesialan kepada rasul mereka, Musa عليه السلام dan para pengikutnya. Maka Allah عزّوجلّ menjelaskan bahwa apa yang menimpa mereka sesungguhnya itu dari sisi Allah عزّوجلّ sebagai balasan perbuatan buruk mereka. Allah berfirman:
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلاً أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءهَا الْمُرْسَلُونَ. إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ. قَالُوا مَا أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَا أَنزَلَ الرَّحْمن مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ تَكْذِبُونَ. قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ. وَمَا عَلَيْنَا إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ. قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ. قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِن ذُكِّرْتُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ
"Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya Kami adalah orang-orang di utus kepadamu". Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". Para utusan berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya Kami adalah orang yang diutus kepada kamu". dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". Mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami bernasib malang karena kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami" Para utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (QS.Yaasiin[36]:13-19)
Ayat di atas menjelaskan anggapan kesialan suatu penduduk negeri dengan rasul mereka. Maka Allah عزّوجلّ menjelaskan bahwa kesialan itu ada pada mereka, maksudnya disebabkan adanya kekufuran dan kemaksiatan mereka kepada rasul mereka
Telah sah dalam Shahih Muslim dari hadits Muawiyah Ibnu Hakam as-Salami رضي الله عنه, beliau berkata, "Wahai Rasulullah sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang bertathayyur (meramal nasib)," Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ فِي نَفْسِهِ فَلَا يَصُدَّنَّكُمْ
"Yang demikian itu didapati seseorang dari kalian dalam hatinya, maka janganlah membuat kalian berpaling (dari rencana kalian)."

Renungan Keempat:

Penjelasan bahwa umat ini (Islam) akan mengikuti kebiasaan umat jahiliah dalam masalah ini.
Sungguh orang yang memperhatikan keadaan kelompok-kelompok dari umat ini akan terheran dan melihat kebenaran apa yang dikabarkan oleh Nabi صلي الله عليه وسلم dari hadits Abu Sa'id رضي الله عنه dalam Shahihain dengan sabdanya:
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حذو القذة بالقذة حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi (kalau bukan mereka)?” "
Dalam lafadz yang dikeluarkan di dalam Shahihain:
لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
"Sungguh kalian akan melakukan kebiasaan orang-orang sebelum kalian"
Ada sekelompok orang di negeri Islam yang beranggapan sial dengan sebagian waktu seperti pada bulan Shafar, mereka tidak melangsungkan akad nikah dan tidak melakukan perjalanan karena menganggap sial bulan tersebut. Pada hari Rabu di akhir bulan ini mereka merayakannya dengan perayaan yang besar, mengadakan walimah-walimah dengan makanan khusus dan berbagai jajanan, bertamasya ke pantai atau ke tempat-tempat rekreasi untuk meluapkan kegembiraan bersamaan usainya bulan Shafar dan berakhirnya hari Rabu terakhir di bulan itu.
Sekelompok orang Islam yang lain beranggapan sial dengan sebagian bintang dan orbit bulan. Mereka tidak melakukan perjalanan dan tidak melangsungkan akad nikah.
Semoga Allah merahmati Umar bin Abdul Aziz رحمه الله yang melakukan perjalanan pada bulan Shafar, ketika sebagian orang yang bersamanya berkata, "Wahai Amirul mukminin, lihatlah kepada bulan, begitu baik dan indahnya." memaksudkan pada posisi ad-Dubroon –posisi bulan yang dianggap penyebab kesialan- berharap Umar bin Abdul Aziz رحمه الله mengerti apa yang dimaksudkannya.
Umar bin Abdul Aziz رحمه الله berkata, "Kita tidak keluar karena matahari tidak pula karena bulan, tetapi kita keluar bertawakal kepada Allah عزّوجلّ.
Sebagian umat Islam yang lain beranggapan sial dengan suara beberapa binatang, seperti suara burung gagak atau burung hantu. Mereka akan membatalkan atau kembali dari perjalanan yang sedang dilakukan ketika mendengar suara-suara itu.
Semoga Allah meridhoi Ibnu Abbas رضي الله عنهما ketika mendengar seseorang berkata, "Kebaikan, kebaikan jika burung gagak bersuara!" Ibnu Abbas berkata, "Tidak ada kebaikan tidak pula keburukan (disebabkan suara-suara itu)." Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid رحمه الله atau Ikrimah dan berkata, "Janganlah engkau menemaniku!" (Ditujukan kepada orang yang memiliki pemikiran sial tersebut)
Sebagian umat Islam yang lain beranggapan sial dengan tempat-tempat tertentu melebihi orang-orang kafir yang beranggapan sial dengan sebagian angka dan warna, yang kesemuanya merupakan keyakinan jahiliah yang dibatalkan dan dilarang oleh Islam. Sesungguhnya milik Allahlah segala sesuatu dan kepada-Nyalah segala sesuatu itu kembali. Tidak ada daya dan upaya selain dari Allah عزّوجلّ.