Syakhsiah di Dahulukan Pencapaian di Utamakan

Syakhsiah di Dahulukan Pencapaian di Utamakan

Ahad, 15 Januari 2012

Sambungan....Renungan


Renungan Ketiga:

Hukum menganggap sial bulan Shafar.
Menganggap sial bulan Shafar atau selainnya dari waktu, tempat, suara atau penampakan adalah syirik kepada Allah عزّوجلّ.
Nabi صلي الله عليه وسلم bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ
"Thiyaroh (meramal nasib) adalah syirik, meramal nasib adalah syirik." (1)
Thiyaroh adalah meramal kesialan/keberuntungan yang dilakukan oleh orang Arab dengan menggunakan burung. Jika melihat burung datang dari arah belakang mereka misalnya, mereka akan membatalkan rencana, baik perjalanan, akad nikah atau yang lainnya. Segala anggapan sial karena melihat, waktu, tempat atau mendengar sesuatu berarti telah terjerumus kedalam tathoyyur (meramal nasib) yang merupakan syirik kepada Allah عزّوجلّ.
Nas-nas (keterangan-keterangan) al-Quran dan sunah melarang dan menjelaskan bahwa hal itu adalah sifat musuh-musuh Allah dan rasul-Nya. Firman-Nya عزّوجلّ:
فَإِذَا جَاءتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُواْ لَنَا هَـذِهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُواْ بِمُوسَى وَمَن مَّعَهُ أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللّهُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
"Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS.al-A'raaf[7]:131)
Ayat ini merupakan penjelasan bahwa kaum Musa عليه السلام jika mereka berada dalam kelimpahan dan keluasan rizki mengatakan, 'Kami berhak mendapatkannya karena usaha kami'. Tetapi jika ditimpakan kemarau, paceklik dan semisalnya mereka melemparkan kesialan kepada rasul mereka, Musa عليه السلام dan para pengikutnya. Maka Allah عزّوجلّ menjelaskan bahwa apa yang menimpa mereka sesungguhnya itu dari sisi Allah عزّوجلّ sebagai balasan perbuatan buruk mereka. Allah berfirman:
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلاً أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءهَا الْمُرْسَلُونَ. إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ. قَالُوا مَا أَنتُمْ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَا أَنزَلَ الرَّحْمن مِن شَيْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلاَّ تَكْذِبُونَ. قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ. وَمَا عَلَيْنَا إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ. قَالُوا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ. قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِن ذُكِّرْتُم بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ
"Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya Kami adalah orang-orang di utus kepadamu". Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". Para utusan berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya Kami adalah orang yang diutus kepada kamu". dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". Mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami bernasib malang karena kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami" Para utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (QS.Yaasiin[36]:13-19)
Ayat di atas menjelaskan anggapan kesialan suatu penduduk negeri dengan rasul mereka. Maka Allah عزّوجلّ menjelaskan bahwa kesialan itu ada pada mereka, maksudnya disebabkan adanya kekufuran dan kemaksiatan mereka kepada rasul mereka
Telah sah dalam Shahih Muslim dari hadits Muawiyah Ibnu Hakam as-Salami رضي الله عنه, beliau berkata, "Wahai Rasulullah sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang bertathayyur (meramal nasib)," Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:ذَاكَ شَيْءٌ يَجِدُهُ أَحَدُكُمْ فِي نَفْسِهِ فَلَا يَصُدَّنَّكُمْ
"Yang demikian itu didapati seseorang dari kalian dalam hatinya, maka janganlah membuat kalian berpaling (dari rencana kalian)."

Renungan Keempat:

Penjelasan bahwa umat ini (Islam) akan mengikuti kebiasaan umat jahiliah dalam masalah ini.
Sungguh orang yang memperhatikan keadaan kelompok-kelompok dari umat ini akan terheran dan melihat kebenaran apa yang dikabarkan oleh Nabi صلي الله عليه وسلم dari hadits Abu Sa'id رضي الله عنه dalam Shahihain dengan sabdanya:
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حذو القذة بالقذة حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ . قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi (kalau bukan mereka)?” "
Dalam lafadz yang dikeluarkan di dalam Shahihain:
لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
"Sungguh kalian akan melakukan kebiasaan orang-orang sebelum kalian"
Ada sekelompok orang di negeri Islam yang beranggapan sial dengan sebagian waktu seperti pada bulan Shafar, mereka tidak melangsungkan akad nikah dan tidak melakukan perjalanan karena menganggap sial bulan tersebut. Pada hari Rabu di akhir bulan ini mereka merayakannya dengan perayaan yang besar, mengadakan walimah-walimah dengan makanan khusus dan berbagai jajanan, bertamasya ke pantai atau ke tempat-tempat rekreasi untuk meluapkan kegembiraan bersamaan usainya bulan Shafar dan berakhirnya hari Rabu terakhir di bulan itu.
Sekelompok orang Islam yang lain beranggapan sial dengan sebagian bintang dan orbit bulan. Mereka tidak melakukan perjalanan dan tidak melangsungkan akad nikah.
Semoga Allah merahmati Umar bin Abdul Aziz رحمه الله yang melakukan perjalanan pada bulan Shafar, ketika sebagian orang yang bersamanya berkata, "Wahai Amirul mukminin, lihatlah kepada bulan, begitu baik dan indahnya." memaksudkan pada posisi ad-Dubroon –posisi bulan yang dianggap penyebab kesialan- berharap Umar bin Abdul Aziz رحمه الله mengerti apa yang dimaksudkannya.
Umar bin Abdul Aziz رحمه الله berkata, "Kita tidak keluar karena matahari tidak pula karena bulan, tetapi kita keluar bertawakal kepada Allah عزّوجلّ.
Sebagian umat Islam yang lain beranggapan sial dengan suara beberapa binatang, seperti suara burung gagak atau burung hantu. Mereka akan membatalkan atau kembali dari perjalanan yang sedang dilakukan ketika mendengar suara-suara itu.
Semoga Allah meridhoi Ibnu Abbas رضي الله عنهما ketika mendengar seseorang berkata, "Kebaikan, kebaikan jika burung gagak bersuara!" Ibnu Abbas berkata, "Tidak ada kebaikan tidak pula keburukan (disebabkan suara-suara itu)." Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid رحمه الله atau Ikrimah dan berkata, "Janganlah engkau menemaniku!" (Ditujukan kepada orang yang memiliki pemikiran sial tersebut)
Sebagian umat Islam yang lain beranggapan sial dengan tempat-tempat tertentu melebihi orang-orang kafir yang beranggapan sial dengan sebagian angka dan warna, yang kesemuanya merupakan keyakinan jahiliah yang dibatalkan dan dilarang oleh Islam. Sesungguhnya milik Allahlah segala sesuatu dan kepada-Nyalah segala sesuatu itu kembali. Tidak ada daya dan upaya selain dari Allah عزّوجلّ.



Tiada ulasan:

Catat Ulasan