Renungan
Kelima:
Penjelasan
mengenai sifat-sifat orang yang beriman dan orang yang menetapi tauhid, bahwa
mereka akan masuk surga tanpa dihisab dan diazab
Di
antara sifat-sifat orang beriman dari para nabi dan orang-orang shalih yang
terbesar adalah tawakal (berserah diri) kepada Allah عزّوجلّ dengan tidak menoleh kepada reaksi yang
terjadi di alam semesta yang Allah ciptakan ini; artinya mereka menyandarkannya
kepada Allah عزّوجلّ diiringi mengambil sebab-sebab yang syar'i
untuk memperoleh apa yang mereka inginkan, bukan menjadikan (isyarat-isyarat
itu) sebagai petunjuk kebaikan atau keburukan.
Dengan
keilmuan dan keimanan mereka, mereka sadar bahwa semua itu terjadi dengan takdir
Allah عزّوجلّ; artinya mendapatkan kebaikan ataupun
keburukan tidak ada hubungannya dengan tempat dari tempat-tempat, aktivitas
burung, suara hewan dan semisalnya. Semua makhluk Allah عزّوجلّ teratur dengan pengaturannya dan tunduk
dengan kekuasaan-Nya. Dengan demikian hati mereka bergantung dan bertawakal
kepada Allah عزّوجلّ, sehingga ketawakalan itu membuahkan
hilangnya perasaan-perasaan yang memang biasa terbesit pada setiap insan sebagai
perasaan yang manusiawi.
Hal
itu sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud رضي الله عنه, "Tidak ada dari kita melainkan
(mengalaminya), hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakal."
Itu
dikatakannya setelah meriwayatkan hadits Rasulullah صلي الله عليه وسلم yang sabdanya, "Thiyaroh (meramal nasib)
adalah syirik, meramal nasib adalah syirik."
Allah
عزّوجلّ menyebutkan mengenai Nabi Musa عليه السلام di dalam
kitab-Nya:
فَلَمَّا تَرَاءى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا
لَمُدْرَكُونَ. قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
"Maka
setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah Pengikut-pengikut Musa:
"Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak
akan tersusul; Sesungguhnya Tuhan-ku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk
kepadaku." (QS.as-Syu'aaraa[26]:61-62)
Demikian
pula yang Allah عزّوجلّ sebutkan mengenai Nabi kita Muhammad
صلي الله عليه وسلم di dalam al-Quran,
إِلاَّ تَنصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ
الَّذِينَ كَفَرُواْ ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ
لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللّهَ مَعَنَا
"Jikalau
kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya
(yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah),
ketika keduanya berada dalam gua salah
seorang dari keduanya berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita." (QS.at-Taubah[9]:40)
Di
dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Bakar رضي الله عنه di dalam Shahihain, Nabi صلي الله عليه وسلم berkata kepada Abu
Bakar:
مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا
"Apa
dugaanmu dengan dua orang yang Allah menjadi ketiga dari
mereka."
Rasulullah
صلي الله عليه وسلم berkata kepada orang yang menghunuskan
pedang kepadanya dan bertanya, "Siapa yang dapat menolongmu?!" Nabi menjawab,
"Allah!" Maka pedang itupun terjatuh dari tangan orang itu, lalu Rasulullah
صلي الله عليه وسلم mengambil pedang itu.."
Nabi
Ibrahim عليه السلام, khalilullah (kekasih Allah)
عزّوجلّ terakhir kata yang diucapkan ketika berada
di dalam api yang membakarnya:
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Hasbunallah
Wa Ni'malwaqiil
"Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik
Pelindung."
Hal
ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما.
Demikian
pula para sahabat Rasulullah صلي الله عليه وسلم yang dikhabarkan oleh Allah عزّوجلّ di dalam al-Quran:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ
لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْ حَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيلُ
"(Yaitu)
orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah
keimanan mereka dan mereka menjawab: 'Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan
Allah adalah Sebaik-baik Pelindung'." (QS.Ali Imran[3]:173)
Allah
عزّوجلّ berfirman di dalam kitabnya menyifati
orang-orang yang beriman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً
وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah merekalah mereka bertawakkal."
(QS.al-Anfaal[8]:2)
Nabi
صلي الله عليه وسلم telah menjelaskan akan adanya 70.000 dari
umat ini yang akan masuk surga tanpa dihisab dan diazab. Telah sah
di dalam Shahihain dari hadits Ibnu Abbas رضي الله عنهما dari Nabi صلي الله عليه وسلم:
هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا
يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
"Mereka
adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah , tidak berobat dengan api, tidak
meramal nasib, dan kepada Tuhan mereka berserah diri."
Nas-nas
yang menjelaskan bahwa tawakal kepada Allah عزّوجلّ adalah sifat orang-orang yang beriman
banyak sekali, ia merupakan syarat keimanan sebagaimana yang difirmankan oleh
Allah di dalam kitab-Nya:
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم
مُّؤْمِنِينَ
"Dan
hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS.al-Maidah[5]:23)
Dalam
firman-Nya yang diungkapkan oleh Nabi Musa عليه السلام:
وَقَالَ مُوسَى يَا قَوْمِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللّهِ
فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّسْلِمِينَ
"Berkata
Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, Maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri."
(QS.Yunus[10]:84)
Sedangkan
perasaan sial adalah sifat dari orang-orang kafir dan musyrik, musuh kerasulan
dan para rasul
Tiada ulasan:
Catat Ulasan